Kamis, 06 Oktober 2016

Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa/Siswi Melalui Penerapan Hukuman yang Mendidik Bagi Siswa/Siswi Kelas V


ABSTRAK
Kedisiplinan Siswa/Siswi sangat penting untuk di tingkatkan karena disiplin mempunyai manfaat sebagai berikut; (1)Menumbuhkan kepekaan; (2)Menumbuhkan kepedulian; (3)Mengajarkan keteraturan; (4)Menumbuhkan ketenangan; (5)Menumbuhkan percaya diri; (6)Menumbuhkan kemandirian; (7)Menumbuhkan keakraban; (8)Menumbuhkan perkembangan otak; (9)Membantu anak yang sulit; (10)Menumbuhkan kepatuhan.

PEMBAHASAN
Setiap orang tua atau guru memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam memberikan hukuman pada anak-anak. Caranya pun juga berbeda ada yang memberikan hukuman yang bersifat negatif maupun positif , yang masing-masing memberikan dampak tertentu pada perkembangan anak.  Hukuman yang bersifat negatif antara lain :
Menggunakan kekerasan, seperti pukulan , cubitan, cambukan, dan lainnya. Anak yang mandapatkan hukuman keras lebih cenderung untuk berbohong dibandingkan anak yang jarang mendapatkan hukuman keras (Victoria Talwar dan Kang Lee ; 2011).
Marah besar, hal tersebut dapat memberikan trauma yang mendalam pada anak-anak dan akan terbawa sampai mereka dewasa.
Berkata buruk, misalnya perkataan setan kamu, kurang ajar, bodoh, nakal , dan lainnya. Perkataan-perkataan itu akan melukai perasaan anak, bahkan bisa menghilangkan kepercayaan diri mereka, semakin membuat mereka jauh dari orang tua maupun guru, serta tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran maupun nasihat dari orang tua atau guru.
Berikut ini contoh kasus pemberian hukuman keras atau fisik pada anak yang akhir-akhir ini terjadi di masyarakat antara lain :
 “Mojokerto – sidang dugaan penganiayaan guru kepada siswa SDN Sumberjati 2, Kecamatan Mojoanyar di Pengadilan Negeri Mojokerto dipenuhi ratusan guru. Terdakwa Sutiyo guru kelas VI tersebut dilaporkan oleh muridnya sendiri Teguh Muji Wicaksono karena kasus penganiayaan. Dugaan penganiayaan tersebut terjadi di sekolah, saat itu terdakwa sedang mengajar (pukul 07.00 hingga 09.00). Dia meminta salah seorang siswa kedepan. Namun, siswa tersebut mengenakan sepatu hanya sebelah. Terdakwa lantas mendatangi korban dengan menarik kedua cambangnya (Jawa Pos ; 8 Maret 2013 ; 16).
Kejadian diatas, merupakan akibat dari hukuman yang tidak tepat yang diberikan oleh guru. Anak mungkin merasa sakit hati ketika guru tersebut menghukumnya di depan teman-temannya. Sehingga ia membalas perbuatan gurunya tersebut dengan melaporkannya ke pihak yang berwajib.
Para pakar pendidikan anak pun melarang keras pemberian hukuman fisik kepada anak. Hukuman fisik haruslah menjadi solusi terakhir saat tidak memiliki gambaran lain untuk menghukum anak ( Yanuar A. ; 2012 ; 93).
Dalam memberikan hukuman pada anak , orang tua atau guru dapat melakukan beberapa pendekatan untuk membantu mendisiplinkan anak, antara lain; (a)Bersikap tegas; (b)Tidak plinplan; (c)Kompromi; (d)Selalu tenang; (e)Mengambil posisi yang tepat; (f)Tidak melakukan penyuapan; (g)Menghadapi rengekan; (h)Memberikan contoh yang baik
Adapun jenis-jenis hukuman edukatif yang oleh pakar pendidikan dinilai sebagai cara pendidikan yang efektif dan baik (Yanuar A. ; 2012 ; 111), antara lain :
Memperlihatkan wajah masam kepada anak
Bagi anak, wajah yang masam dari orang tua atau guru sejatinya adalah sebuah hukuman bagi mereka. Saat anak menyadari perubahan wajah yang tejadi pada orang tuanya atau gurunya, dengan sendirinya anak akan berusaha mengoreksi diri dari kesalahan yang tidak orang tuanya atau gurunya sukai itu. Tetapi orang tua atau guru juga harus memberikan nasihat kepada anaknya.
Memberikan anak tugas bersih-bersih
Sebagai orang tua atau guru tentu akan marah jika anak tidak mau menjaga kebersihan. Misalnya mencoret-coret tembok atau meja, menaruh pakaian kotor sembarangan tempat, membuang sampah sembarangan dan lain sebagainya. Apabila anak melakukan hal tersebut, orang tua dapat memberikan tugas bersih-bersih pada anak. Dengan hukuman semacam itu, secara tidak langsung telah mengajari anak untuk bersikap tanggung jawab, dimana ia harus menjaga kebersihannya sendiri dan lingkungannya.
Menyuruh anak untuk meminta maaf kepada orang yang bersangkutan
Meminta maaf adalah alternatif hukuman yang mendidik. Dengan menyuruh anak untuk meminta maaf kepada teman yang telah ia salahi, orang tua atau guru sejatinya tengah mengajari anak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Menyuruh anak untuk belajar
Orang tua tak hanya menyuruh anak untuk belajar, tetapi seharusnya orang tua memotivasi dan membantu anak untuk belajar. Diantaranya yaitu terlibat dalam kegiatan anak, membantu anak merancang strategi untuk memecahkan masalahnya, membacakan dongeng anak untuk merangsang minat baca anak, merayakan setiap keberhasilan anak, dan tentunya menemani anak bermain.
Menyuruh anak membantu pekerjaan orang tua atau guru
Membantu pekerjaan di sini tentu bukan dalam artian mengajak anak untuk bekerja selayaknya orang tua melakukan pekerjaannya. Namun membantu pekerjaan di sini maksudnya meminta anak untuk membantu hal-hal yang biasa dikerjakan oleh orang tua di rumah dan sekiranya anak mampu untuk melakukannya, seperti mencuci motor atau mobil, membuang sampah, membersihkan kebun atau taman, membantu memasak dan sebagainya. Dengan menyuruh anak tersebut, orang tua sejatinya tengah mengajari anak tentang kepatuhan kepada orang tua, tanggungjawab terhadap diri sendiri dan keluarga, serta pentingnya kerja sama.
Menyuruh anak membaca buku dan menulis
Menumbuhkan minat baca pada anak memang sulit, maka harus diperlukan ketelatenan dan cara tepat yang dapat merangsang minat anak.

DAFTAR PUSTAKA
Tandry, Novita. 2010. Bad Behaviour, Tantruma, and Tempera. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
A.Yanuar. 2012. Jenis-jenis hukuman edukatif untuk anak SD. Jogjakarta : Diva Press.
Koran Jawa Pos Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar